Superman is Dead Jadul 1995

SID

Jika membaca tiga huruf itu maka kita akan teringat pada tiga orang pemuda asal pulau Bali yang mengharumkan kembali genre musik Punk di Indonesia. Sebelum kehadiran mereka, nama Punk Rock memang menggelegar di kalangan bawah tanah, tetapi di permukaan, di atas sana dimana orang-orang "normal" berlalu lalang, musik pop dan alternatif adalah yang paling sering didengarkan ketika di rumah melalui kaset tape, radio, televisi, baik ketika sedang berjalan-jalan menggunakan walkman (zaman itu masih trendy berjalan dengan membawa walkman seukuran telapak tangan). Buat anak zaman sekarang yang belum pernah melihat walkman, nih saya kasih gambarnya:

walkman superman is dead


I Made Putra Budi Sartika (dikenal dengan nama lain "Bobby Kool", yang jika dibaca "Bo Bikul" yang berarti "Bau Tikus" dalam bahasa Bali), I Made Eka Arsana (lebih memilih namanya ditulis "Eka Rock", sepertinya dengan alasan agar lebih keren dan gaul saja), dan I Gede Ari Astina (dipanggil "Jerink", kemungkinan besar karena model rambutnya) adalah tiga pemuda dibalik wewangian itu.

Awal Mula

Superman is Dead Kompak Bertiga
Kehadiran SID membuat wangi musik punk Indonesia tidak hanya semerbak di dalam negeri, tetapi hingga ke negara tetangga negeri jiran Malaysia dan Singapura, terima kasih kepada MTV Asia yang bersedia dengan konsisten memutar video klip mereka berdasarkan banyaknya penonton mereka yang menyukainya, lalu kemudian mengganjar mereka dengan penghargaan Band Pendatang Baru Terbaik (Best New Rookie).

Bahkan aroma musik Punk dalam negeri ini sempat tercium di 16 kota besar di negara Adidaya Amerika Serikat (baca: SID Wakili Asia di Vans Warped Tour), negara dimana sari-sari Punk Rock berkembang biak dan menyebar ke seluruh dunia melalui musik Green Day, Blink 182, dan lain-lain. *tidak perlu saya sebutkan satu-persatu karena akan menjadi daftar yang memanjang ke bawah*.

Walaupun banyak musisi dan penggemar musik idealis yang mencibir, mengatakan bahwa mereka sudah kehilangan idealisme utama di musik bawah tanah yang anti kemapanan, tetapi SID telah mengajarkan dan memberikan contoh kepada kita, bahwa anti kemapanan adalah menabrak pakem yang sudah terbentuk sekian lama, mendobrak kebiasaan yang berkuasa terlalu lama. Saya setuju, dobrak kemapanan musik Underground di bawah sana, harus ada beberapa yang menerobos muncul ke atas, agar mereka semua tahu apa yang kita mainkan adalah sama menyenangkan dengan punya mereka! Siapa mereka? Masyarakat yang sudah terlalu mapan mendengarkan musik pop dan alternatif di telinga mereka. Demikian adalah awal mula SID berjuang mendobrak kemapanan blantika musik di dalam negeri.

Superman is Dead tahun 1995

Saya jadi berusaha mengingat-ingat, dimana saya mendengarkan SID untuk pertama kalinya. Ternyata jawaban yang muncul dari memory saya ini adalah pada tahun 1995. Ya, tahun itulah saya pertama kali mendengar bahwa ada band Bali yang bernama Superman Is Dead. Pada saat itu saya masih tinggal di Pulau Lombok, sebuah pulau yang bertetangga dengan pulau Bali.

Zaman itu boleh dibilang sebagai zaman keemasannya musik Underground di Mataram-Lombok, dan setahu saya juga di kota-kota besar di Indonesia, karena fanmags dan buletin underground fotokopian yang saya baca dulu, pernah membuat saya bercita-cita untuk menengok komunitas punk di Malang dan Bandung (maklum, dulu tidak seperti sekarang yang mudah mencari informasi melalui internet. Saya belum mengenal internet, karena komputer saja jarang apalagi internet. Dan mungkin juga kami semua yang remaja di tahun itu belum tahu apa itu internet). Kita tidak akan sulit menemui anak-anak muda berpakaian hitam-hitam, lengan pendek atau panjang, dengan tulisan-tulisan abstrak berwarna putih membentuk sebuah nama. Ciri khas anak Underground pada saat itu.

Saat itu saya sering berkumpul dengan komunitas punkers di Mataram, yang bermarkas di sebuah gudang kosong di daerah Pajang, jalan Raya Pejanggik. Setiap malam minggu, kami berkumpul di jembatan dekat rumah sakit umum, untuk saling berbagi dan menunjukkan jati diri kami kepada orang-orang yang lewat (maklum, anak muda dalam masa pencarian jati diri). Pada saat itu kami memberi nama Rebel Machine sebagai identitas dari komunitas kami, dan band yang paling dikenal dari Rebel Machine adalah President of Rebel yang diketuai oleh Iwan (terakhir saya ketahui beliau merantau ke Bali dan bekerja di sebuah tempat \di Jalan Kapten Japa, Denpasar). Lalu ada Bobby dengan band-nya Asbak, dan Cilik, seingat saya. Saya sendiri bersama Yoshua dan seorang kawan lagi membentuk sebuah band Ska.

Komunitas Underground Lombok pada tahun-tahun itu rutin mengadakan event gigs, seperti misalnya acara Total Chaos dimana Pure Sick Community sebagai komunitas terbesarnya pada saat itu menjadi motor acara. Mereka punya sejumlah band bagus, So Hard To Die adalah salah satu diantaranya. Disusul kemudian dengan komunitas FrontGrave dan Lombok Hardcore. Intinya scene Underground di Lombok pada masa itu benar-benar meriah.

"Lalu apa hubungannya dengan Superman is Dead?"


Foto Jadul SID tahun 1995
Melalui undangan fotokopian yang disebar ke komunitas-komunitas Underground di Lombok, kami mengetahui bahwa di Bali ada sebuah event besar yang diadakan oleh komunitas disana, acara itu bernama Total Uyut. Di selebaran hitam putih itulah pertama kali saya membaca nama Superman is Dead.

Total Uyut adalah sebuah event gigs besar, dan kami orang-orang Lombok yang sengaja datang ke Bali untuk menonton langsung acaranya, pasti membawa pulang cerita-cerita menyenangkan tentang performance luar biasa band-band di Bali, beserta crowd yang tumpah ruah, dan asyiknya pogo, moshing, serta headbanging bersama komunitas dari berbagai pulau.

Disanalah SID pertama kali menapakkan jejak kakinya, dan saya secara pribadi melalui Twitter pernah bertanya kepada Jerinx, "Do you still remember the memories of Total Uyut at 1995", dan Jerinx menjawab "Yes, I Do :)".

Lompat pada tahun 2003, ketika saya sedang menyelesaikan perkuliahan di kota Malang, Jawa Timur, saya kembali mendengar nama Superman is Dead, kali ini melalui sebuah kaset bersampul merah. Dan kaset itu adalah momen kebangkitan SID, dari band yang membawakan lagu-lagu Green Day, menjadi salah satu band besar di Indonesia (dilihat dari jumlah massa penggemarnya di seluruh Indonesia), sebuah band yang membawakan diri mereka sendiri, dan genre Punk Rock turut serta merebak ke permukaan.

Sungguh luar biasa, I can't believe my ears and my eyes. Band yang saya tonton tahun 1995 masih urakan dan acak-adul kalo Komeng bilang, and now look at you guys?! Amazing!
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar